Bank Andalkan Anak Usaha Modal Ventura Demi Dorong Pendanaan Startup

Terkini potensi ekonomi digital ASEAN diperkirakan meningkat dari yang mulanya US$ 1 triliun menjadi US$ 2 triliun pada 2030. Untuk itu Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto meminta perbankan untuk menyalurkan pinjaman atau pendanaan kepada perusahaan-perusahaan rintisan atau startup di tanah air.

Di sisi lain, meski tidak secara langsung langsung memberikan fasilitas pinjaman kepada sektor ini, perbankan memberikan dukungannya lewat perusahaan modal ventura yang dimilikinya.

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) contohnya, yang menyalurkan pendanaan terhadap sektor startup melalui anak usahanya PT Central Capital Ventura (CCV). EVP Secretary and Corporate Communication BCA, Hera F Haryn merinci pada Agustus 2023, CCV telah melakukan investasi kepada 27 perusahaan dengan total nilai investasi mencapai Rp 350 miliar.

Menurut Hera, situasi perekonomian global terkini yang dipicu oleh konflik geopolitik, tren kenaikan suku bunga, serta resesi ekonomi pada sejumlah negara turut mempengaruhi gairah investasi ke startup.

“Jika sebelumnya valuasi kerap menjadi parameter utama bagi para investor untuk menanamkan modal di startup, kini faktor keberlanjutan, dampak, serta profitabilitas menjadi pertimbangan utama investor,” kata Hera.

Pergeseran paramater tersebut dinilai akan membawa pengaruh yang positif untuk ekosistem dan investor kedepannya. Alhasil, iklim ekosistem startup akan didorong menjadi lebih sehat dan berdampak pada dunia usaha.
Ke depan, untuk mendorong penyaluran pembiayaan ke startup, BCA melalui CCV akan senantiasa mengamati dinamika terjadi di pasar, sekaligus menjajaki peluang investasi pada sektor-sektor digital potensial, terutama yang mendukung bisnis inti BCA.

“Di tengah era percepatan digitalisasi, kami akan senantiasa terbuka dengan kolaborasi dengan mitra fintech atau startup strategis guna memperluas ekosistem pelayanan kepada nasabah,” lanjut Hera.

Tidak hanya melakukan investasi penyertaan modal kepada perusahaan fintech dan perusahaan fintech-enabler, CCV juga mengeksplorasi potensi embedded fintech dari perusahaan startup non-fintech. Embedded fintech adalah penawaran produk finansial oleh startup seperti edu-tech, health tech, digitilisasi UMKM, dan sebagainya.

Satu jalur, PT Bank Mandiri Tbk kini juga terus memberikan dukungan pinjaman melalui pendanaan kepada startup di Indonesia melalui modal venturanya Mandiri Capital Indonesia (MCI). Direktur Investasi MCI, Dennis Pratistha menyatakan bahwa hingga saat ini pihaknya telah menyalurkan dana kepada 23 perusahaan startup dari berbagai bidang.

Beberapa di antaranya di bidang payment solution seperti Yokke dan PTEN, bidang e-wallet yaitu LinkAja, bidang healthcare yaitu FitAja, bidang commerce/fintech enabler yaitu GoTo dan Bukalapak, bidang digital signature yaitu PrivyID, bidang open banking yaitu AyoConnect, bidang data compression yaitu Kecilin, bidang agritech yaitu Agriaku dan Crowde.

Selanjutnya ada di bidang ERP SaaS yaitu Mekari, bidang B2B commerce yaitu Sinbad, bidang insurtech yaitu Qoala, bidang P2P lending yaitu Investree, Koinworks, dan Amartha, bidang MSME Tech Solution yaitu iSeller, Agriaku, bidang Biodegradable yaitu Greenhope, bidang edutech yaitu Cakap, serta bidang aquatech yaitu Delos.

“Untuk membantu menjembatani Bank Mandiri dengan startups, MCI aktif untuk mengeksplorasi sinergi antara startups dengan Mandiri Group,” kata Dennis.

Dennis juga mengatakan dukungan Bank Mandiri kepada startups tidak hanya sebatas pendanaan modal ventura saja melalui MCI. Di sisi lain, Bank Mandiri juga aktif untuk membangun kerja sama baru bersama startups dari berbagai macam produk financing seperti invoice financing dan loan channeling.

Pembangunan sinergi tersebut bertujuan untuk membantu pengembangan bisnis startups dengan memanfaatkan ekosistem Mandiri.

“Untuk menunjukkan ambisi kami dalam membangun ekosistem digital di Mandiri Group, MCI memiliki inisiatif-inisiatif strategis melalui program XYZ (Xponent, Y-Axis, dan Zenith) untuk menjajaki potensi investasi,” katanya.

Dennis mengatakan secara keseluruhan, startups yang telah didanai oleh MCI sedang berproses dalam mencapai profitabilitasnya.

“Sudah ada beberapa startup MCI yang sudah profitable. Untuk kecepatan dalam pencapaian profitabilitas tentu tidak terlepas dari faktor-faktor internal dan eksternal seperti keadaan pasar, sektor, performa model bisnis,” imbuhnya.

Saat ini MCI tetap aktif untuk mencari potensi investasi baru, namun dalam memberikan pendanaan, Dennis menyampaikan pihaknya tetap harus selektif dan bijaksana terlebih di masa – masa tech winter. Di sisi lain, banyak startup yang menurunkan ekspektasi valuasinya sehingga memberikan better deals bagi investor.

“MCI juga melakukan proses manajemen portofolio yang menyeluruh untuk menjaga kelangsungan dan perkembangan portofolio kami. Terkait target investasi untuk saat ini secara spesifik tidak dapat kami disclose,” katanya.

Sementara itu, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) melalui anak usahanya di segmen modal ventura yakni BRI Ventures memberikan dukungan pendanaan kepada startup dalam bentuk investasi penyertaan saham baik secara langsung ataupun melalui dana ventura.

Corporate Secretary BRI, Agustya Hendy Bernadi mengatakan BRI Ventures telah melakukan penyertaan saham kepada beberapa start-up yang bergerak di berbagai bidang antara lain fintech, agritech, retail dan consumer brands.

“Saat ini total kelolaan start-up BRI Ventures sebanyak 32 start-up,” ujar Hendy.

Dalam melakukan investasi, BRI Ventures dengan dukungan BRI Group berkolaborasi bersama dengan start-up untuk dapat meningkatkan kapasitas dan kapabilitas startup. (AA)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *